Selasa, 29 November 2011

Instruksi Penting Untuk Muharram dan Seterusnya

Sultan al-Awliya Mawlana Shaykh Nazim al-Haqqani 25 November 2011 Lefke, Cyprus Suhbah Setelah Shalat Jumat (Mawlana Shaykh berdiri) Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illa-Llah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd! Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illa-Llah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd! Alfu salaat, alfu salaam `alaa Sayyidi ‘l-awwalina wa ‘l-akhireen habeebi Rabbi ‘l-`Alameen wa `alaa aalihi wa saahbihi wa `alaa jami`i ‘l-anbiya wa ‘l-mursaleen alhamdulillahi Rabbi ‘l-`alameen . (Mawlana Shaykh duduk) Thumma salaamu `alaykum ayyuha ’l-mu'mineen wa ’l-mu'minaat wa ’l-muslimina wa ’l-muslimat. As-salaamu `alaykum kepada semua hadirin yang peduli bahwa ini Jumat. Hari ini adalah hari pertama tahun baru; 1433 akan datang dan kita meminta agar tahun ini adalah tahun suci bagi seluruh umat manusia. Mereka mengatakan, “A`oodhu billahi min ash-Shaytani 'r-rajeem.” Hai manusia! Yang paling berbahaya bagi manusia adalah Shaytan, musuh terbesar! Karenanya, kita mengatakan, “A`oodhu billahi min ash-Shaytani 'r-rajeem. Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Raheem,” untuk awal yang baru bagi umat manusia di planet ini. Hari pertama dari bulan pertama adalah besok, tapi kita mengatakan sekarang adalah awalnya jadi tidak masalah (jika kita mengatakan itu dimulai hari ini). Jika mampu, berpuasalah pada hari terakhir 1432 dan juga besok, hari pertama 1433. Sang Nabi Penghabisan, Sayyid al-Awwaleen wa ‘l-Akhireen, (Mawlana Shaykh berdiri dan duduk) memberikan kabar baik bahwa jika kamu berpuasa pada hari terakhir tahun ini dan hari pertama tahun baru, kamu akan seperti orang yang berpuasa sepanjang tahun. Hai manusia! Mubarak!Selamat Tahun Baru untuk kita. Ini sudah tetap, tidak ada keraguan. Dengan penggunaan kalender barat dan juga begitu banyak perbedaan lainnya di antara orang-orang, hari-hari lainnya belum tetap, tapi yang ini tetap. Hai manusia! Kita mencapai abad terakhir di dunia. Seperti yang dikatakan Nabi Penghabisan, "Allah Yang Maha Kuasa memberikan kepada umatku. Jika mereka berada di jalan yang lurus, jalan yang benar yang Allah berikan, akan ada banyak hari lagi bagi mereka. Tapi jika mereka meninggalkan Jalan yang Lurus, mereka akan mendapat kurang dari sehari atau setengah hari. Itu artinya satu hari di hadirat Ilahi adalah seperti seribu tahun dan itu artinya seluruh umatnya akan berakhir dalam 1500 tahun. Ketika saat itu tiba, dunia akan berakhir dan hari Pembalasan akan datang! Beliau juga berkata bahwa ketika manusia mendekati Hari Akhir, Shaytan akan mendekati mereka dan membuat mereka menolak semua hal surgawi. Karena mereka begitu mabuk, ketika mereka mulai menolak semua hal suci – dan saya menyesal mereka sekarang bahkan mengatakan, "Tidak ada Tuhan" – maka murka Allah akan datang lebih dekat ke dunia. Sekarang manusia dari setiap umat menyangkal perintah surgawi dan para nabi yang dikirim dari Surga; mereka telah kehilangan keyakinan mereka dalam hal itu. Bukannya meminta orang-orang yang diberkahi dengan perintah Surgawi, manusia malah menyangkal mereka dan berlari mengejar Shaytan, jadi kutukan datang kepada mereka. Sekarang di mana-mana kita melihat orang-orang yang terkutuk! Jika Anda menawarkan harta karun kepada mereka semua, mereka berkata, “Tidak!” tapi manusia sedang kelaparan dan gelisah. Kesulitan berlanjut di semua negara di mana-mana, dan kini ini terjadi antara orang-orang dan di dalam negara-negara. Beberapa tanda juga datang dari Surga, seperti gempa bumi, banjir dan angin topan. Tidak ada yang bisa menghentikan ini; Semua ini adalah tanda-tanda buruk dari hari-hari buruk yang akan datang pada manusia. Bahkan jika setiap orang diberikan harta karun, mereka tidak akan bahagia. Hai manusia! Berhati-hatilah! Dari Surga akan datang baik kutukan atau berkah. Orang-orang melarikan diri dari berkah dan mengejar kutukan yang mendatangi Bumi saat ini. Akan datang beberapa tanda besar yang telah mereka bicarakan, gerhana matahari dan gerhana bulan. Ada begitu banyak tanda; Orang-orang akan mati dan perang akan mengambil mayoritas orang. Jangan berpikir bahwa sedikit orang akan mati, tidak, jutaan akan mati! HafeezAllah! Hai manusia! Lari dan carilah perlindungan untuk diri sendiri di bawah perlindungan surgawi. Sudah cukup dengan kemabukan! Cobalah untuk mengejar berkah surgawi agar selamat, baik di dunia dan di akhirat. Tanda-tandanya sedang muncul sekarang dan semua orang melihat bahwa dalam tahun ini imigrasi berbahaya, mungkin di awal bulan ini dan selanjutnya. Kami telah diperintahkan untuk menyatakan dan memperingatkan orang-orang. Hai Manusia! Jaga diri kalian! Jika pembalasan surgawi menyentuh orang-orang, tidak ada jalan untuk melarikan diri dan mereka akan mati. Kini banyak tanda yang menunjukkan bahwa dalam bulan ini dan akan datang begitu banyak peristiwa buruk akan terjadi setiap hari. Di bulan ini, Muharram, Allah Yang Maha Kuasa selalu memberikan kesempatan bagi orang-orang beriman untuk bangkit. Kini mayoritas dari mereka, mereka yang menyangkal, akan mati dan minoritas akan tetap hidup di Bumi. Siapa pun yang ingin mencapai hari-hari yang baik harus datang ke perintah surgawi dari Allah! Jadilah hamba yang taat, karena ketaatan adalah naungan bagi manusia, dan ketidaktaatan merupakan penyebab utama pembalasan surgawi. Hai manusia! Tinggallah di rumah kalian, jangan keluar. Allah Yang Maha Kuasa mengatakan dalam Al-Qur’an: قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ Qaalat namlatun yaa ayyuha 'n-namlu 'dkhuloo masaakinakum laa yahtimannakum Sulaymaanu wa junooduhoo wa hum la yash`uroon. Salah seekor semut berkata, "Hai Semut-semut!Masuki sarangmu jika tidak Sulaiman dan bala tentaranya akan menginjakmu tanpa sengaja.” (an-Naml, 27:18) Seekor semut memperingatkan semua semut untuk segera memasuki rumah-rumah mereka, dan kini, meskipun tidak baik bagi mereka, di mana-mana Anda melihat orang-orang pergi ke luar. Masuk ke rumah! Muslim, jangan keluar karena kini hal itu dilarang. Jika ada laki-laki, wanita dilarang keras keluar. Jika ingin meminta sesuatu, mintalah di tempat-tempat sucimu, di masjid-masjid. Laki-laki harus ke sana dan perempuan harus di rumah mereka. Muslim tidak mentaati perintah suci dari Surga dan, karenanya, ini berbahaya bagi dunia Muslim dan non-Muslim. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada tanggal sepuluh bulan ini. Malhamatun kubra, Armageddon, perang terbesar, akan muncul lebih dekat ke Hari Berbangkit dan tidak akan mengambil jutaan orang, tapi milyaran! Karenanya, sekarang saya sedang menunggu tanggal sembilan dan sepuluh bulan suci ini, Muharram. Hai manusia! Jaga diri kalian jika ingin dilindungi; jika tidak , kalian akan diambil. Jangan berkata, “Tidak ada yang datang di sungai,” karena kalian bisa datang dan pergi, tapi banjir bisa tiba-tiba menyeret semua orang. Tinggalkan hal-hal yang dilarang dan patuhi perintah suci dari Allah! Jika tidak, banjir ini akan menyeret milyaran orang ke akhirat. Sekarang datang kepada saya pernyataan untuk perhatian masyarakat dan pernyataan untuk saudara-saudara kita: hingga tanggal sepuluh bulan ini, perhatikan; setelah itu, jika ada yang mau berkunjung, mereka harus menjaga diri di rumah masing-masing karena tidak ada perlunya untuk datang ke sini. Dengan apa yang akan terjadi, dari 10 Muharram tidak ada izin bagi mereka yang meminta untuk datang. Setiap orang yang telah berkunjung (yang masih ada di Siprus) bisa pulang ke anak dan keluarga mereka. Tidak ada lagi yang datang ke sini. Kalian harus selesaikan kunjungan pada Jumat depan, karena jika sesuatu terjadi kalian akan menemukan diri kalian berada dalam situasi sulit untuk pulang, jadi pengunjung yang tetap di sini akan bertanggung jawab sendiri atas diri mereka! Kalian bisa pulang ke keluarga dan negara kalian, dan peringatkan orang-orang. Tidak akan ada lagi kunjungan sampai Milaad an-Nabi, untuk tiga bulan mendatang, yakni Muharram, Safar, Rabi’ul Awwal. Jika terjadi sesuatu, tidak ada yang boleh datang dan tidak ada yang boleh bepergian! Jika tidak ada yang terjadi, mereka harus minta izin untuk berkunjung pada bulan Rajab. Yang menyelesaikan kunjungan mereka di sini akan menjaga keamanan mereka sendiri, ya. Karena untuk tanggal 10 Muharram, apa yang akan terjadi, hanya Allah (SWT) yang tahu, tapi kesulitan akan datang. Tidak berat bagi saya untuk melihat orang-orang di seluruh dunia, tapi kalian tidak akan sanggup. Karenanya, hingga Jumat depan kalian harus mempersiapkan diri untuk segera pulang. Semoga Allah mengampuni kita. Kami tidak bercanda! Ini sudah selesai, waktu sudah habis dan pembalasan surgawi sudah mendekat. Semoga Allah mengampuni kita. Hai Manusia! Teruslah ucapkan, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah dan juga salawaatu ‘s-salaam ratusan, ribuan, atau ratusan ribu kali. Simpan persediaan makanan di rumah untuk keluarga kalian. Allah (SWT) memberi semua orang makanan, tapi kalian harus berjaga-jaga karena jika sesuatu terjadi tidak akan ada barang yang tersedia di toko-toko atau pasar. Jangan menyimpan uang, tapi simpanlah makanan dan apa yang perlu untuk keluargamu untuk bertahan hidup. Hai manusia! Datang dan dengarkan! Hari Berbangkit sudah mendekat, dan peristiwa=peristiwa besar yang tidak terduga mulai muncul di horizon. Semoga Allah mengampuni kita! Berusahalah untuk bekerja untuk Allah, sehingga Dia akan melindungimu. Semoga Allah mengampuni kita. Ini peringatan kecil, tapi suara berat pembalasan akan datang dari Surga dan kini hal itu sedang mendekati orang-orang. Semoga Allah mengampuni kita dan melindungi kita di bawah perlindungan Surgawinya. Teruslah berdoa dan tinggalkan hal-hal yang dilarang. Jaga iman kalian, jaga kehormatan kalian, jaga anak-anak kalian, dan semoga Allah melindungimu dan memberimu kesempatan baik di dunia dan di akhirat. Kami hanya membuat pernyataan surgawi. Wahai para pendengar saya! Mereka yang tidak menerima akan jatuh ke dalam lembah ketidakpedulian yang darinya mustahil untuk keluar. Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah al-`Azheem. Tawbah yaa Rabbi, tawbah astaghfirullah. Tawbah yaa Rabbi, tawbah astaghfirullah. Tawbah yaa Rabbi, tawbah astaghfirullah. Ya Tuhan kami! Kirimkan kepada kami bala tentara surgawi untuk berperang melawan Shaytan dan bala tentara serta para pengikutnya. Ameen. Alhamdulillahi Rabbi ‘l-`alameen. Fatihah. Jangan keluar pada malam hari karena ada bahaya besar, dan jangan keluar di siang hari tanpa alasan. Jaga diri kalian di rumah dan masjid kalian. Saling mendoakan, jaga (awasi) anak-anak kalian, dan jangan melakukan hal-hal yang dilarang karena akan mendatangkan pembalasan surgawi pada kalian. Jaga kehormatan kalian dan jadilah hamba Allah yang taat! (Bay`a) Semoga bermanfaat. Wassalam,

Senin, 31 Oktober 2011

Manusia Indigo

Manusia Indigo menjadi topik yang ramai dibicarakan dimedia elektronik baru baru ini, bahkan dijadikan semacan infotainment disalah satu pemancar televise yang menimbulkan pro dan kontra, bahkan menimbulkan pemahaman dan komentar yang salah tentang manusia indigo itu sendiri. Saya mengumpulkan beberapa informasi tentang manusia Indigo sebagai berikut:

Sejarah
Istilah "anak indigo" pertama kali dikemukakan oleh Nancy Ann Tappe, seorang cenayang pada sekitar tahun 1970-an. Nancy Ann mengaku memiliki kemampuan untuk melihat aura seseorang dan ketika itu ia melihat anak-anak dengan aura indigo yang belum pernah ada sebelumnya. Singkatnya anak-anak indigo memiliki karakteristik yang sama. Mereka mempunyai empati yang tinggi dan umumnya memiliki perilaku yang tidak lazim untuk anak seusianya.

Anak Indigo
Anak indigo atau Indigo Children adalah konsep Zaman Baru anak-anak yang memiliki karakteristik berbeda dari anak-anak seusianya. Anak ini memiliki sifat yang unik untuk membedakan generasinya dengan generasi sebelumnya. Istilah indigo atau indira ini menunjukkan warna aura dalam warna kehidupan mereka. Indigo sendiri juga terkait dengan indra keenam yang terletak pada cakra mata ketiga yang menggambarkan intuisi dan kekuatan batin yang luar biasa tajam yang melebihi kemampuan orang kebanyakan. Kebanyakan dari mereka memiliki kelebihan dengan bakat yang luar biasa atau secara akademik mempunyai prestasi. Anak indigo juga mampu menunjukkan empati yang sangat dalam dan mudah merasa iba serta tampak bijaksana untuk anak seusianya.
Anak indigo yang lahir di dunia ini juga mempunyai pelbagai misi. Kebanyakan dari mereka merupakan pengkritik suatu rencana yang salah. Mereka bertugas meluruskan ketidakbenaran dan ketidaksamaan yang ada di sekelilingnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mereka yang tidak patuh dan kesulitan dalam menjalankan dengan sistem yang ada, misalnya saja penolakan dan sikap kaku terhadap sistem pendidikan yang ada.
Anak indigo juga sering menunjukkan perilaku memberontak terhadap suatu pemerintahan, tidak patuh terhadap aturan atau adat, kesulitan dalam mengelola emosinya dan sangat peka. Tidak jarang pula anak menunjukkan sikap yang sangat dingin dan tidak mempunyai perasaan. Terkadang beberapa orang akan mencap anak dengan indikasi gangguan ADD (attention deficit disorder). Bentuk perilaku tersebut kadang-kadang menyebabkan kesulitan bagi anak-anak ini dalam melewati masa anak-anak, bahkan dalam melewati masa remaja.
Menjadi indigo tidaklah mudah, tapi hal itu merupakan suatu tugas yang harus dijalankan. Anak indigo merupakan salah satu orang yang hadir dan membawa hal yang baru terhadap suatu kemajuan di muka bumi ini.

Ciri-Ciri
Berikut ini merupakan ciri khas anak indigo:
1. Sering pusing, insomnia, rentan terhadap polusi, alergi, kelelahan, sulit fokus, sakit di leher/punggung
2. Kepribadian ganda, pembosan, cuek tapi sensitif, hiperaktif tapi pemurung, supel tapi suka menyendiri, idealis, hidup di dunia sendiri, standar tinggi, moody, introvert, perfectionis, obsesif, extrem, empati tinggi, emosional, bingung, posesif, kecemasan, sok tau, butuh perhatian lebih, biasanya maniac game, HP,TV, PC
3. Selain karena adanya kelainan otak & syaraf karena gen banyak kelainan dalam organ tubuh indigo misal jantung, hati, pancaindra, pernafasan, pencernaan yg berakibat tidak seimbangnya sistem metabolisma tubuh & tidak berfungsinya sistem kekebalan tubuh. Ada juga yg keindigoannya muncul setelah jatuh & mengalami trauma di kepala atau selamat dari maut
4. Suka berbicara sendiri
5. Daya imaginasi tinggi
6. Memiliki intuisi tajam EXTRA SENSORY PERCEPTION atau indra keenam
7. Memiliki ide2 yg tidak dicapai orang biasa
8. Sering mengalami dejavu, keadaan dimana kita pernah mengalami pristiwa itu sebleumnya & sering mengalami kebetulan2 yg akan terjadi dimasa yg akan datang
9. Selalu ingn membahagiakan orang lain walau akibatnya dimanfaatkan orang
10. Utuk nonmuslim sering dikaitkan dengan reinkarnasi
11. Punya misi & visi tertentu & target untuk mencapai prubahan & pencerahan
12. Ada yg memiliki keahlian/ilmu pengetahuan baru walau dia tidak memahami ilmu itu sebelumnya
13. Memiliki gejala ADD Attention Deficit Disorder = autisme & ADHD (Hiperaktf)
14. Memiliki kecerdasan spiritual disisi lain rentan stres & depresi
15. Sulit menghadapi disiplin & aturan
16. Tubuh rentan sakit/lemah & sering alami perjalanan gaib OBE Out of Body Experience diikuti kesulitan bernafas pada saat peralihan ke alam mimpi/tdur yg disebut transient ischaemic yaitu trhentiny sesaat suplai darah ke otak karena otak kekurangan nutrisi & oksigen. Biasanya berkaitan dengan penyakit pnyempitan urat arteri carotid, jantung, asma, pengendapan di kepala yg berakibat stroke
17. Otak melaju lebih cepat dari gerakan fisik
18. Harta bukan tujuan hidup
19. Menyukai kehidupan alami
20. Cerdas, kreatif, berbakat walau scara akademis tdk berprestasi. Tdk berprestasi diakibatkan karena sering melamun & pusing di kelas. Indigo lbh senang menulis puisi & cerita serta menggambar saat pelajaran berlangsung
21. Sering mengalami mimpi aneh (mimpi buruk merupakan refleksi keadaan mental seseorang & penyakit yang diderita
22. Bila konsentrasi penuh mampu melakukan sesuatu diluar kemampuan orang biasa misalnya mampu membaca pikiran, transfer energi, melihat aura & makhluk gaib
23. Sulit berfikir dgn logika & lebih mengedepankan rasa
24. Tidak takut ancaman, tidak suka diganggu & tidak mudah kompromi
25. Pemikirannya jauh ke depan, kata2ny tajam, dalam & sering jadi problem solver
26. Biasanya indigo memiliki darah ningrat/leluhurny menguasai ilmu gaib, tenaga dalam & energi
27. Mampu merasakan 2 frekuensi positf & negatf yaitu malaikat & setan
28. Senang melihat bintang & benda2 langit
29. Tidak suka kegiatan menunggu, antri & suka terburu2
30. Punya hubungan yg kuat dgn Tuhan bila dipengaruhi hal positf & punya hubungan kuat dgn setan bila dipengaruhi hal negatf

Dalam menangani anak indigo ini yang perlu diperhatikan adalah bahawa mereka memiliki kesulitan dalam menahan emosinya. Pada beberapa anak hal ini disebabkan karena permasalahan kecemasan, kemungkinan perilaku obsesif kompulsif atau kepanikan yang berlebih (panic attack). Penyebab lain muncul karena mereka berusaha keras untuk belajar dan memahami cara yang masih tradisional ataupun kebiasaan rutin. Sehingga tidak jarang bagi mereka akan memiliki harga diri yang rendah dan mudah menyerah dalam mengerjakan yang diberikan (pekerjaan sekolah misalnya). Terkadang beberapa anak indigo menunjukkan reaksi kemarahan, depresi, bahkan menyakiti diri sendiri yang berlebih yang tidak dapat dijelaskan secara logis bahkan menakutkan bagi orang tuanya.
Anak indigo memiliki getaran tenaga yang tinggi dengan pola yang menetap, yang kemudian ditunjukkan dengan aura warna indigo pada tubuhnya. Getaran tertinggi ini mencipta perbedaan terhadap fungsi tubuh dan otak pada anak indigo. Kebanyakan dari mereka berpikir dengan menggunakan otak kanan. Saat stress anak kemudian mengembangkan pengaturan dalam otak, yang paling bahaya di kalangan pemikiran logis dan proses berpikir secara rasional, sehingga muncul reaksi emosional yang berlebih. Ada pula anak yang menunjukkan dengan perilaku marah, kesedihan atau ketakutan yang mendalam bahkan kecemasan yang berlebih.
Memahami tenaga asas dan mampu mengamati keadaan tenaga pada saat anak indigo sedang tidak stabil sangatlah membutuhkan orang tuanya atau terapis, terutama saat bekerja sama dengan anak ini. Diperlukan adanya pemahaman dasar mengenai tenaga dengan mengajarkan pada mereka cara melindungi diri. Hal lain yang tidak kalah penting yaitu dengan mengajar anak indigo dan orang tuanya terhadap teknik dalam menyeimbangkan tenaga dan cara untuk mengurangi tahap stress pada anak, sehingga anak tidak terpengaruh pada tenaga yang negatif.
Untuk lebih memperdalam lagi pemahaman tentang manusia indigo saya cantumkan bebrapa alamat web yang dapat membantu dan memberikan pemahaman tentang manusia indigo, semoga membantu
http://www.komunitasindigo.com
http://www.eclecticenergies.com/chakras/chakratest.php

Kamis, 28 Juli 2011

Mari Kita Belajar Menjadi Shalihin dan Membangun Jejaring Khair (Kebaikan) 2

Mari Kita Belajar Menjadi Shalihin dan Membangun Jejaring Khair (Kebaikan)

20 Juli 2011
Sutono b Joyosuparto

Belajar agama atau ilmu apapun hendaknya mempunyai guru yang akan membimbing. Guru hanya membimbing. Contoh jelas Nabi s.a.w. mendapat bimbingan dari malaikat Jibril a.s. dalam mempelajari al Qur’an. Yang sesungguhnya mengajari tentang hal hal yang tidak kita ketahui ya hanya Sang Pemilik Ilmu, Allah S.W.T. Khusus untuk mendekat kepada Allah harus melalui guru yang bisa membawa kita kehadhirat Nabi s.a.w.
Kembali ke daftar. Mengapa kita dilarang bersandar ketika dzikir khawajagan berjama’ah? Selain itu dianggap kurang beradab, juga karena kenikmatan bersandar itu akan menyebabkan kita langsung “diculik” iblis. Kita tertidur dan ngorok dan mengganggu sekitar kita.
Ada dua ayat dalam al Qur’an, yang menyebutkan (tidak sama persis kalimatnya) bahwa “tidak berubah keadaan suatu kaum kecuali mereka sendiri merubahnya”. Umumnya dua ayat ini diartikan bahwa kita memang mampu merubah keadaan yang buruk menjadi baik. Apakah benar demikian? Kalau kita mau mengerti makna :”la hawla wa la quwata illa billah”, bahwa tiada daya tiada upaya kecuali dengan Allah, maka yang sesungguhnya dapat kita rubah hanyalah orientasi atau sikap kita. Kalau tadinya kita tidak peduli, kita cuek, kita bisa merubahnya menjadi menghadapkan muka kita kepada Allah S.W.T. seperti doa yang kita baca setiap bertemu kata “sujud” dalam al Qur’an :”sajada wajhiya liladhiy khalaqahu wa shawwarahu fa ‘ahsana shuwarahu wa syaqqa sam’ahu wa basharahu bi hawlihi wa quwatihi fatabaraka Allahu ‘ahsanu l-khaliqiyna”.
Kalau minimal 9% atau 33% dari populasi telah melakukan reorientasi seperti itu dan mulai proses menjadi shalihin, insya Allah, Dia S.W.T. akan turun tangan mulai merubah situasi buruk tersebut. Itulah makna la hawla wa la quwata illa billah. Dan jangan mengharap situasi langsung berubah seperti semudah membalik tangan begitu saja. Tetapi tidak tertutup kemungkin terjadi seperti itu. Itu semua ya memang tergantung situasinya dan kehendak Allah S.W.T. Sendiri.
Jadi sebetulnya siapakah shalihin/shalihah itu ? Itu adalah mereka yang tidak pernah memutuskan hubungan qalbunya dengan Allah bahkan sekejap matapun. Proses untuk menjadi seperti itu tentunya memerlukan pelatihan yang panjang, tidak dapat terjadi secara sesaat/instant. Tentu saja ada perkecualian atas izin Allah.
Di sini kita perlu menyimak perjalanan hidup ulat yang buruk rupa dan rakus, yang setelah bertapa (khalwat, ‘itikaf, uzla, riyyadhah, suluk) beberapa waktu di dalam kepompongnya, lalu dia keluar dalam bentuk kupu kupu yang cantik yang berguna dalam proses pembuahan beberapa macam tanaman. Makhluq ini khusus diciptakan agar kita bercermin.
Bahkan simbol “menjadi kupu kupu” itupun digunakan di dalam kisah silat, di mana seseorang yang telah bertapa menguasai diri secukupnya sehingga tubuhnya tidak lagi bisa dilukai pukulan lawannya (yang seimbang tentunya), juga digunakan simbol kupu kupu (lihat Kung Fu Hustler).
Lalu di manakah letak kepompong manusia itu? Nah di sinilah letak kepelikannya. Kepompong manusia itu bukan berbentuk fisik, tetapi berbentuk software yang diformat di dalam diri kita. Dan itu bukan hanya satu lapis, tapi ratusan lapis bahkan ribuan lapis tergantung dari definisi software yang dimasukkan ke dalam kategori kepompong itu yang mana saja.
Apa sih gunamya kepompong itu? Itu adalah untuk melindungi ketika makhluq itu tumbuh menjadi dewasa. Dalam hal nya manusia, kepompong lapis pertama adalah ego, yang pada dasarnya adalah cinta diri. Cinta diri inilah yang membuat bayi manusia bisa bertahan hidup (survive). Kalau kepompong cinta diri ini dibiarkan tumbuh bersama tumbuhnya manusia, maka tidak mungkin atau sukar sekali dia bisa menghubungkan qalbunya dengan Allah. Atau bahkan upayanya untuk menghubungkan qalbunya dengan Allah akan ditolak Nya. Atau kalau menggunakan kisah sufi, ketika seseorang mengetuk pintu Allah dalam bentuk dirinya, akan dihardik Allah:”Memangnya kamu itu siapa kok berani beraninya datang kepada Ku dalam bentuk dirimu?”
Cinta diri itu harus ikut berubah menjadi cinta kepada orang tua, lalu menjadi cinta kepada lawan jenis (calon pasangan), dan terakhir menjadi cinta kepada Allah dan Rasul Nya dan kepada seluruh ciptaan, agar tidak lagi menjadi hambatan datangnya cahaya Ilahiyyah ke dalam qalbu.
Di samping cinta diri, ada lagi sifat buruk yang juga merupakan software yang di install atau di format ke dalam diri kita, antara lain : marah, dengki dan penyakit qalbu lainnya. Nah ini persolannya lain. Mereka ini tidak bisa berkembang seperti halnya cinta diri itu. Mereka ini kan diformat oleh Allah di dalam diri kita. Jadi yang bisa membuka ya hanya Allah. Bagaimana dong?
Yang dipasang di dalam diri kita bukan hanya sifat buruk itu. Tetapi juga 99 Nama Indah Allah. Hal ini diisyaratkan dengan dituliskannya angka 81 di tangan kanan dan angka 18 di tangan kiri pada semua manusia, dari sejak awal sampai kapanpun. Dalam tulisan Arab. Sebetulnya Nama Indah Allah tidak terbatas jumlahnya. Setiap mencipta kan satu makhluq selalu disertakan Satu Sifatnya. Tanpa itu makhluq itu ya tidak ada. Manusia adalah makhluq istimewa, yang diberi bukan hanya satu tetapi 99 Nama Indah !!! Tentu saja intensitas atau komposisi 99 Nama Indah itu bagi masing masing manusia berbeda beda. Dan Nama Nama itu tertanam “dalam dalam” di diri kita. Maka salah satu gerakan yang penting di dalam mengambil air wudhu adalah menggosok gosokkan kedua belah tangan. Itu dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk memunculkan Nama Nama (atau salah satunya), yang terkait dengan hal yang sedang kita hadapi.
Dan fungsi terpenting dzikir Allah atau menyebut Allah atau salah satu atau beberapa Sifat/Nama/Busana Nya untuk dipunggah (up load) ke dalam qalbu/jantung, adalah untuk lebih “menghidupkan” 99 Nama itu di dalam diri kita. Nama Allah mencakup seluruh Nama Nama itu. Di sini mungkin makna dari Hadits Qudsi yang kira kira berbunyi:”Tidak ada makhluq (ciptaan) yang bisa “menampung” Aku, kecuali qalbu orang beriman.”
Dengan memunggah nama Allah ke dalam jantung kita, selain untuk lebih menghidupkan Asma ul Husna dalam diri, juga untuk memperkuat cahaya Allah di dalam qalbu. Al Qur’an bicara tentang “yang haqq datang , yang bathil akan menghilang”. Jadi begitu qalbu dipenuhi cahaya Allah, sifat buruk itu akan menguap. Apalagi kalau kita juga memohon kepada Allah agar membuang sifat buruk kita, maka permohonan itu akan lebih diperhatikan. Dan dengan menghilangnya sifat buruk, hubungan qalbu dengan Allah menjadi lebih “nyata”.
Selama ini kalau kita berbicara tentang makanan buat ruh, maka kita berbicara tentang ikut pengajian atau mendengar khotbah atau hal hal sejenis. Karena ruh yang berse mayam dalam qalbu berasal dari kombinasi cahaya Allah dan cahaya Muhammad, maka yang diperlukannya adalah yaitu tadi : cahaya Allah dan cahaya Muhammad. Ya bacaan Allah Allah dan shalawat, allahuma shali ala muhammad wa ala ali muhammad wa salam. Bukan siraman rohani yang disiarkan televisi sekitar waktu subuh.
Sampai usia 72 tahun entah berapa ekor sapi, atau ayam yang sudah saya makan. Berapa ton beras yang sudah saya ganyang. Berapa meter kubik air yang telah saya gelegak. Tetapi hanya berapa Allah Allah dan shalawat yang telah saya punggah ke qalbu saya? Tidak heran kalau qalbu saya tetap kerdil, tidak tumbuh seperti yang seharusnya.
Jadi bagaimana mulai belajar menjadi shaliin? Dengan persiapan yang begitu panjang? Shalihin adalah mereka yang tidak pernah memutuskan barang sekejap matapun kontak qalbunya dengan Allah. Tentu saja pemula tidak mungkin melakukan itu. Tetapi untuk benar benar memahami proses yang terkait di sini, diperlukan untuk melihat analogi yang bisa digunakan di dalam ilmu fisika atau tepatnya thermodinamika. Hukum Kedua Thermodinamikan menyatakan bahwa semua proses (berpindahnya energi atau perubahan energi) akan terjadi secara merugikan sistem, ditandai dengan naiknya entropynya, kecuali jika itu dilakukan secara infitesimal dengan selalu berhubungan dengan sumber tak berhingga. Artinya proses itu adalah proses reversible, yang bisa dibalikkan ke keadaan semula.
Dalam ilmu manusia, yang senafas dengan Hukum Kedua Thermodinamika, adalah Surat Wal Asr. Kalau di dalam melakukan sesuatu, seseorang selalu beriman (meme gang teguh imannya) dengan terus up load Allah Allah ke dalam qalbunya, maka tindakannya itu tidak akan membuatnya merugi. Setiap sayatan amal atau pekerjaan yang disertai penyebutan Allah Allah, akan membuat seolah olah Allah mengambil alih pekerjaannya. Ini adalah interpretasi dari hadits ' ….sampai Dia akan menjadi telinga nya yang dengannya dia mendengar, matanya yang dengannya dia melihat, lidahnya yang dengannya dia berbicara, tangannya yang dengannya dia menggenggam, dan kakinya yang dengannya dia berjalan….”
Sampai sini dapat diharapkan bahwa seorang shalihin memiliki kualifikasi seperti seluruh snap shot yang disebutkan di atas. Dan karena menjadi shalihin itu begitu sulitnya, sang pejalan hendaknya tidak menyia-nyiakan semua fasilitas yang disediakan Allah. Antara lain dalam 24 jam hendaknya melaksanakan seluruh 80 raka’at shalat, sudah termasuk 17 raka’at shalat fardhu. Dan di dalam situ terdapat keterangan bahwa pembacaan Surat Sajda setelah shalat maghrib diteruskan dengan pembacaan Surat Mulk setelah shalat isya, itu adalah seperti ibadah semalam suntuk di waktu malam kuasa (laylatul qadar). Shalat isyraq (terbtit matahari) adalah sedekah bagi 360 sendi di dalam tubuh plus pahala hajji dan umrah. Dengan memanfa’atkan fasilitas yang tersedia ini, mudah mudahan bertambahnya cahaya Ilahiyyah dan cahaya Nabi menjadi kebih terasa.
Itulah amal shalih yang dimaksud di dalam Surat Wal Asr. Bersamaan dengan itu dia mengajak kepada kebenaran dan mengajak kepada keshabaran.
Cepat atau lambat belajar menjadi shalihin ini memang harus kita lewati. Kalau bukan untuk menggalang lingkaran kebaikan, kita memang juga harus bersiap siap mengha dapi berlakunya Teknologi Bahrul Qudra di masa mendatang. Jangan ditunda tunda lagi.

Mari Kita Belajar Menjadi Shalihin dan Membangun Jejaring Khair (Kebaikan) 1

Mari Kita Belajar Menjadi Shalihin dan Membangun Jejaring Khair (Kebaikan)

20 Juli 2011
Sutono b Joyosuparto

Kita melihat yang berkuasa sekarang ini adalah lingkaran setan atau lingkaran iblis atau vicious circle atau jejaring keburukan. Mereka yang demo mengecam generasi yang berkuasa, setelah mendapat giliran berkuasa, mereka bahkan mengikuti atau napak tilas jejak para senior mereka itu. Bukankah itu namanya lingkaran setan. Korupsi terjadi di mana mana, di semua strata masyarakat, di semua profesi, merata.
Anehnya Dr.Muslim Abdurrahman, Wakil Ketua PP Muhammadiyah dalam suatu dialog di acara TVRI, untuk memperbaiki keadaan masih berbicara tentang memperbaiki sistem. Mana bisa sistem yang dipikirkan manusia mampu mengatasi keburukan zaman jahiliyyah kedua ini.
Apa kita bisa berpartisipasi mengatasi keruwetan seperti yang kita lihat sekarang ini? Mana bisa kita kita, yang masih tertatih tatih ini? Ya kita memang tidak bisa. Maka lupakan tentang menjadi pahlawan. Kita urus saja diri sendiri. Lho?!
Yang dapat dan harus kita lakukan adalah mulai dengan sadar belajar menjadi shalihin. Bukankah orang tua kita semua selalu mendoakan agar kita menjadi orang shalih dan shalihat. Hanya saja tidak pernah dengan jelas diuraikan bagaimana definisi atau kualifikasi seorang shalih atau shalihat itu. Penjelasan itu muncul pertama kalinya (bagi saya) ketika MSH menyampaikan sohbet subuh yang disiarkan MNCTV (dulu TPI) beberapa waktu yang lalu.
Ketika Nabi s.a.w. membawa metoda mendasar sistem belajar, yaitu learning by doing (atau belajar sambil mengerjakan), yang diturunkan dari sami’na wa ‘atho’na (atau mendengar dan patuh/melaksanakan (apa yang didengar/diperintahkan itu)), itu tidak dibatasi untuk jenis belajar ilmu apa. Bukankah dalam menjalani hidup kita masing masing ini, itulah yang terjadi : belajar hidup sambil menjalani hidup ini?
Dan itu pulalah yang dikerjakan masyarakat Barat (justru non muslim!!!) di dalam mengunduh (down load) seluruh ilmu pengetahuan sains sampai dengan abad ke 21 ini, dibantu dengan analisa analogi yang banyak disebut di dalam al Qur’an.
Jadi untuk mempeluas ilmu pengetahuan sains/teknologi sistem yang dibawa Nabi s.a.w. sangatlah sukses. Namun sistem atau algorithma atau prosedur yang sama tidak pernah digunakan untuk menambah ilmu yang justru sangat penting, khususnya bagi muslim yang mengenal konsep bahwa kita ini diciptakan Allah tak lain adalah untuk mengabdi kepada Nya.
Ilmu apakah itu ? Yaitu tadi untuk mengetahui bagaimana menjadi abdi Allah itu, untuk memahami apa kehendak Allah atas diri kita, untuk apa sesungguhnya tugas atau fungsi kita diturunkan ke dunia ini?
Mengapa ini terjadi?
Mungkin karena kita terlanjur melekatkan aroma mistis ke dalam ilmu yang demikian itu, ilmu ghaib. Kita pikir ghaib itu terkait dengan sesuatu yang mistis, yang irrasional, untouchable. Kalau kita pinjam istilah dalam matematika (atau aritmatika) rasional adalah bilangan yang habis dibagi dan dapat dinyatakan dalam angka desimal. Maka istilah rasional di luar bidang matematika diartikan sebagai hal yang dapat didudukkan perkaranya. Angka angka ½, 1/5, 1/10 adalah rasional karena bisa dinyatakan sebagai 0.5, 0.2 dan 0.10. Tapi angka 1/7 disebut irrasional, karena tidak dapat dinyatakan sebagai 0.142857 yang lebih kecil dari 1/7, juga tidak dapat dinyatakan sebagai 0.142860 yang lebih besar dari 1/7.
Sebetulnya keruwetan itu hanya timbul karena pemilihan dasar bilangan saja. Kalau dasar bilangannya adalah 7, maka 1/7 dapat dituliskan sebagai 0.1. Kalau dasar bilangannya adalah 2, maka 1/7 dapat dinyatakan sebagai 0.001. Begitu juga dengan irrasional dalam bidang non matematika. Selalu bisa didudukkan perkaranya dengan memilih sudut pandang yang sesuai.
Jadi bicara tentang hal ghaib sesungguhnya hanya bicara tentang ukuran (size) yang lebih kecil atau ukuran extrim, bisa extrim besar, bisa pula extrim kecl.Untuk memahami dan mengetahui kelakuan benda yang nampak adalah lebih mudah dari pada memahami kelakuan benda yang tidak nampak, karena ukurannya di luar batas yang bisa kita lihat. Tetapi tidak berarti tidak bisa. Maka kita lihat berkembang pula pemahaman kita tentang molekul, atom, proton, neutron, elektron dan sebagainya.
Ketika penelitian kita mencapai batas quantum, terkecil yang bisa kita kenali, kita terhenti. Karena di situ kita melihat bahwa benda terkecil itu berubah bentuk dari sifat benda padat ke sifat cahaya (energi) atau sebaliknya dengan cara reversible, tenang tenang saja. Tidak seperti yang kita fahami untuk perubahan yang terjadi pada benda radioaktif, yang menjadi cahaya (energi) dalam cara yang menggemparkan, mengikuti rumus yang tersohor itu E = mc2 . Bukan tenang tenang dan itu adalah perubahan yang tidak bisa dibalik, irreversible.
Maka dalam hal itu kita harus beralih memahami kejadian perubahan benda  cahaya secara reversible itu menggunakan keterangan dari al Qur’an, yang menyebutkan bahwa semua yang ada ini hanya ada selama masih bertasbih kepada Allah. Begitu tasbih itu berhenti, maka dia tidak ada lagi, berubah menjadi cahaya. Jadi rupanya yang bertasbih adalah malaikat (mini atau micro atau quantum), yang memang ditugaskan untuk “mendampingi” setiap unit ciptaan. Para ahli mekanika quantum telah merangkai suatu bentuk pengamatan kelakuan photon. Dalam lintasannya photon itu sesaat seperti terbebas dari “pengamatan”, sehingga langsung berubah kelakuan menjadi cahaya.
Sebagaimana kita tidak perlu menciptakan kembali (reinvent) roda, kita tinggal menggunakan saja hasil karya para ahli itu untuk memperkaya pemahaman kita tentang alam ciptaan Allah, dalam rangka lebih memahami kebesaran dan kuasa Allah.
Jadi sebelum kita membahas tentang belajar menjadi shalihin, kita mantapkan dulu pemahaman kita tentang beberapa istilah dasar dalam Islam.
Agama ini disebut Islam merujuk kepada Rukun Islam, yang memuat lima hal yang harus dikerjakan seseorang yang memeluk agama ini. Ini adalah juga isyarat bahwa Agama Islam adalah tentang perbuatan (execute), bukan tentang tahu. Sedang Rukun Iman memuat enam software (ilmu atau pengetahuan) dasar yang dihadiahkan Allah dan diformat ke dalam qalbu.
Muslim/muslimah adalah mereka yang mengucapkan dua kalimat kesaksian, yang pertama dari Rukun Islam (merujuk kepada kejadian pada awal Islam).
Mu’min/mu’minah adalah mereka yang melandasi kegiatannya (yang dikerjakan) pada butir butir Rukun Iman.
Shaumin adalah mereka yang puasa karena Allah.
Mutaqin adalah mereka yang takut kepada Allah.
Muhsinin adalah mereka yang mengerjakan segala sesuatu sebagus bagus yang dapat dikerjakannya.
Hajji adalah mereka yang berziarah ke Dua Kota Suci di musim hajji.
Shabirin adalah mereka yang selalu berbaik sangka kepada Allah, keadaan apapun yang dialaminya. Selalu mencari kebaikan dalam keadaan buruk, ketika mencoba keluar dari keadaan itu.
Syakirin adalah mereka yang bersyukur atas nikmat Allah yang diterimanya dan fasilitas yang tersedia baginya untuk memberi manfaat bagi diri dan sekitarnya.
Itu tadi adalah kualifikasi seseorang dalam bentuk snap shot sesaat itu.
Mengapa kita dilarang minum yang memabukkan? Karena Allah menghendaki kita mabuh dalam cinta kepada Nya dalam keadaan sadar, tanpa bantuan stimulasi kimiawi/minuman.
Mengapa kita dilarang mengkonsumsi barang yang membuat kita ketagihan? Karena Allah menghendaki kita ketagihan atas karunia nikmat Nya dalam keadaan sadar, tanpa stimulasi barang yang membuat kita ketagihan.
Mengapa Allah melarang kita menduakan (musyrik) Dia? Karena Allah menghendaki qalbu abdi Nya hanya terisi oleh Nya. Maka al Qur’an berbicara tentang dzikir katsiran (dzikr sebanyak banyaknya), tidak penting qualitas dzikir kita. Pokoknya jangan putus.
Mengapa Allah melarang kita berjudi untuk mendapat harta atau untuk kesenangan? Karena hidup ini sesungguhnya sebuah judi yang taruhannya adalah : ruh tidak bisa kembali ke asalnya. Sebuah taruhan terbesar yang bahkan tidak bisa dibayangkan seorang yang gila judi. Jadi harusnya lebih menarik dari taruhan harta saja.
Mengapa al Qur’an menyatakan bahwa kenikmatan kehidupan dunia hanyalah sesaat saja? Itu adalah isyarat buat kita agar menyadari bahwa tubuh kita tidak di-desain Allah untuk bisa menerima nikmat dunia dalam waktu panjang. Contoh sederhana dari fakta ini adalah nikmat pemuasan haus, yang hanya dapat kita rasakan pada tegukan pertama. Pada tegukan kedua dan seterusnya nikmat itu sudah tidak terasa lagi. Contoh lain bisa kita temukan sendiri masing masing.
Diri kita memang di-desain untuk lebih tahan terhadap kesukaran dunia, bukan untuk kenikmatan dunia. Karena dalam menambah kekuatan dan kemampuan (fisik dan spiritual) kita, Allah akan menguji dan menempatkan kita dalam kesukaran. Padahal peningkatan kemampuan tersebut adalah sepanjang hidup. Jadi kita memang di-desain demikian.
Artinya ketika kita sedang berada dalam kenikmatan, itu adalah posisi terlemah kita dan iblis/setan akan masuk dalam keadaan itu. Maka agama kita menyuruh untuk memohon perlindungan Allah terhadap gangguan iblis ketika kita akan berhubungan suami isteri.
Ketika seseorang menduduki suatu jabatan penting, kemudian dia mulai merasakan kenikmatan, itulah saatnya dia harus mundur. Karena dikatakan power tends to corrupt. Kekuasaan cenderung untuk korup (merusak diri). Seorang pemimpin harus terus merasa berada dalam kesukaran, karena sesungguhnya mereka yang dipimpinnya pasti salah satunya (minimal) berada dalam kesukaran dan tanggung jawabnyalah untuk ikut membantu agar dia bisa keluar dari kesukaran itu. Karena justru itulah yang akan diminta pertanggung jawabanya.
Maka ketika pemimpin itu mulai merasa nikmat, dia tidak lagi bisa diharapkan untuk memimpin. Atau mungkin juga dia begitu hebat sehingga mereka yang dipimpinnya sesua sudah terbebas dari kesukaran. Itupun juga alasan untuk mundur, karena memang dia tidak lagi diperlukan.
Saya undang para pembaca untuk menambahkan hal lain di mana setan akan masuk untuk menyerang kita. Hal hal ini penting diketahui bagi mereka yang memang berniat belajar menjadi shalihin. Iblis /setan musuh nyata manusia itu memang keahliannya mencuri details dari manusia.

Kamis, 21 Juli 2011

Makna Spiritual dari Mukjizat Isra-Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Makna Spiritual dari Mukjizat Isra-Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Bismillaah ir-Rahmaan ir-Rahiim

"Subhaana l-ladzii asraa bi 'abdihi laylan min al-masjid il-haraami ila l-masjid il-aqsha l-ladzii baaraknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, Innahuu Huwa s-samii'u l-bashiir"

"Maha Suci Allah SWT, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [QS 17:1]

Allah SWT telah mewahyukan hal ini sebagai ayat pertama dari Al-Qur’an surat Al-Isra’ (Perjalanan Malam), yang dikenal pula sebagai Surat Bani Israil (Keturunan Israil) atau Surat Pensucian (subhan). Di dalamnya Allah SWT menyebutkan perjalanan malam (al-isra') saat mana Dia memangil Nabi SAW ke Hadirat Ilahiah-Nya.

Sebagaimana Allah SWT memulai Quran Suci dalam Surat Pembuka al-Fatihah, dengan kata-kata "Al-Hamdu Lillah - Segala Puji hanya untuk Allah," dengan cara yang sama pula Dia membuka Surat al-Isra' [QS 17:1], surat tentang Perjalanan Malam (Isra'), dengan "Subhana - Maha Suci Allah." Allah SWT tengah mensucikan dan mengagungkan Diri-Nya sendiri dengan berfirman, "Subhana alladzii asra" yang berarti "Maha Suci Diri-Ku, Yang membawa Nabi SAW pada Perjalanan Malam, memanggilnya ke Hadirat Ilahiah-Ku."

Berada di luar jangkauan pemahaman akal pikiran manusia, Allah SWT di sini tidak hanya tengah mengingatkan kita akan peristiwa tersebut. Tapi, Dia juga mensucikan dan mengagungkan Diri-Nya Sendiri berkenaan dengan peristiwa itu, saat mana Dia memindahkan Nabi SAW hampir dalam sekejap waktu dari Mekah menuju Masjid Al-Aqsha, yang kemudian diikuti dengan Naiknya Nabi SAW (Mi'raj), berpindah tempat dalam waktu yang, secara ajaib, demikian singkat, melalui domain duniawi dari alam semesta ini hingga ke luar darinya, dan melampaui batasan-batasan hukum fisika.

Tak ada cara ilmiah, secara duniawi, yang dapat menjelaskan pada kita bagaimana Nabi SAW bergerak melintasi bumi seperti itu, dan kemudian dibawa menuju Hadirat Ilahiah Allah SWT: perjalanan semacam itu adalah di luar jangkauan imajinasi. Karena itulah, Allah SWT mensucikan Diri-Nya sendiri dengan berfirman, "Ya, itu terjadi! Maha Suci dan Agung Diri-Ku Yang bisa melakukan hal ini! Aku di luar jangkauan semua hukum-hukum dan sistem ini. Aku-lah Pencipta dari seluruh sistem."


Persiapan Malaikati untuk Perjalanan Menakjubkan Ini

Malik bin Anas RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Aku tengah terbaring di Hijr (di Masjid Haram Mekah) ketika seseorang (Malaikat Jibril AS) datang kepadaku dan membedah dadaku dari tenggorokan hingga perut. Ia mengambil jantungku dan membersihkannya dengan air sumur Zamzam sebelum mengembalikannya ke tempatnya semula. Kemudian ia membawa kepadaku suatu makhluk putih yang disebut al-Buraq, yang dengannya aku diterbangkan." Riwayat lain menceritakan bahwa dua malaikat utama, Jibril AS dan Mika'il AS datang pada Nabi SAW ketika beliau tengah berbaring di al-Hijr (Masjidil Haram di Mekah) dan mereka membawa beliau ke sumur Zamzam. Mereka membaringkan beliau pada punggungnya, kemudian Jibril AS membuka dada beliau dari atas hingga bawah, dan sama sekali tidak ada pendarahan. Jibril AS berkata pada Mika'il AS, 'Berilah aku air dari Zamzam,' yang kemudian diambil oleh Mika'il AS. Jibril AS mengambil jantung Nabi SAW dan mencucinya tiga kali sebelum mengembalikannya ke tempatnya semula. Kemudian ia menutup dada beliau dan mereka membawanya dari pintu masjid itu ke tempat di nama Buraq telah menanti."

Malaikat Jibril AS sebetulnya mampu untuk mengambil jantung Nabi SAW secara ajaib dengan bedahan yang kecil atau malah tanpa membuka dada beliau sama sekali. Namun, di sini kita melihat dalam Sunnah Nabi SAW suatu petunjuk bagaimana melakukan suatu operasi jantung yang terbuka. Teknik yang sama untuk membuka seluruh rongga dada ini kini digunakan oleh para ahli bedah jantung.


Kesempurnaan Penghambaan ('Ubudiyyah)

Bagaimanakah Allah SWT menggambarkan pribadi yang Dia bawa dalam Perjalanan Malam tersebut? Dia melukiskan pribadi itu sebagai "hamba-Nya" - 'abdi hi. Abu Qasim Sulayman al-Ansari RA berkata bahwa saat Nabi SAW mencapai level tertinggi dan maqam yang paling terhormat, Allah SWT mewahyukan pada beliau, "Dengan apakah Aku mesti memberimu kehormatan?" Nabi SAW menjawab, "Dengan menghubungkan diriku pada-Mu melalui penghambaan ('ubudiyyah)." Karena hal inilah, Allah SWT mewahyukan ayat Quran Suci ini, dengan memberikan penghormatan bagi Nabi SAW dengan gelar "hamba-Nya" saat melukiskan Perjalanan Malam (Isra'). Allah SWT tidak memberikan karunia seperti itu sebelumnya pada Musa AS. Dia hanya berfirman, "Dan tatkala Musa AS datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan..." [QS 7:143] mengacu Musa AS dengan menggunakan namanya. (Sedangkan pada kasus Nabi Muhammad SAW) Bukannya berfirman, "Maha Suci Dia Yang telah memperjalankan Muhammad SAW...", melainkan Allah SWT memberikan kehormatan pada Nabi SAW dengan mengacu Nabi SAW sebagai 'abdihi, "hamba-Nya." Kesimpulan halus lainnya dari penggunaan istilah "'abdihi", --hamba-Nya (suatu konstruksi dalam bentuk absentia atau orang ketiga) oleh Allah SWT ini, adalah adanya makna bahwa, 'Dia memanggil Nabi SAW ke suatu kekosongan di mana tak ada sesuatu apa pun melainkan Kehadiran Diri-Nya Sendiri.' Dan yang lebih ajaib daripada hal memanggil Nabi SAW ke Hadirat-Nya adalah bahwa Dia membawa badan dan roh Nabi SAW, yang wujud dalam ruang dan waktu, ke suatu 'tempat' di mana tidak ada ruang dan waktu, tidak ada 'di mana' dan tidak ada pula 'kapan!'. Allah SWT membawa hamba-Nya yang tulus ini, Penghulu kita Muhammad SAW, dari wujud fisik kehidupan duniawi ini menuju Hadirat Ilahiah yang sepenuhnya abstrak.


Maqam Kedekatan pada Ilahi

Ayat ini berlanjut dengan melukiskan perpindahan Nabi SAW melalui maqam-maqam yang jumlahnya tak terhitung. Setelah menyempurnakan akhlaqnya melalui ibadah yang terus-menerus, 'ubudiyyah, Masjidil Haram, atau Masjid Suci, di sini merupakan suatu simbol atau indikasi bahwa Nabi SAW telah diangkat dari seluruh dosa. Penggambaran Allah SWT akan Nabi SAW sebagai "'abd"—hamba-- mendahului penyebutan-Nya akan dua masjid: Masjid Suci (Masjid al-Haram) dan Masjid Yang Berjarak Jauh (Masjid Al-Aqsha). Allah SWT tidak mengatakan hamba-Nya dibawa "dari Mekah," melainkan Dia berfirman, "dari Masjid yang Suci," Masjid al-Haram. "Suci" di sini bermakna yang tak dapat diganggu gugat, tak satu pun dosa diperbolehkan dalam wilayahnya, tidak pula ghibah, tidak pula menipu, atau berdusta. Di sana, seseorang mesti selalu waspada akan Kehadiran Allah SWT.

Masjid al-Haram, mewakili di sini suatu maqam di mana dosa-dosa yang menandakan kehidupan hewani tak lagi pernah dilakukan. 'Aqsha' dalam bahasa Arab bermakna 'Yang Terjauh'. Dus, Masjid al-Aqsha di sini disebut sebagai masjid terjauh dibandingkan dari Masjid al-Haram dan menyimbolkan alam atau realitas spiritual. Makna literalnya adalah, 'Ia membawa hamba-Nya dari Masjid al-Haram menuju Masjid pada ujung terjauh.' Secara simbolis, Allah SWT membawa Nabi SAW menjauhi hal-hal yang terlarang dari kehidupan duniawi ini, yang haram, menuju tempat terjauh darinya—Al-Aqsha. Titik terjauh dari kehidupan hewani adalah dimensi spiritual.

Kontras di antara kedua maqam ini, lebih jauh didemonstrasikan dengan adanya batu-batu yang terkenal yang ada di kedua tempat suci ini. Di Masjid al-Haram, kita mengenal adanya Hajar al-Aswad (Batu Hitam) yang dikendalikan oleh batasan-batasan fisik, ditaruh dalam suatu wadah, jatuh dari surga dan menjadi gelap oleh dosa-dosa kemanusiaan. Di Masjid al-Aqsha, terdapat batu suci yang menandai tempat di mana Nabi SAW naik ke langit, dan batu ini mengambang secara ajaib di udara, mengabaikan hukum gravitasi, ingin untuk meninggalkan tarikan gravitasi bumi, untuk meluncur menuju Hadirat Ilahi.

Makna halus yang dapat diturunkan dari urutan kata-kata di sini adalah bahwa hamba sejati Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, memulai dari maqam 'ubudiyyah, penghambaan, yang juga adalah tujuan dari penciptaannya. Hal ini mengizinkan dirinya untuk memulai dari kedudukan (maqam) akhlak yang sempurna dan tak bercacat ('ismat), meninggalkan semua yang terlarang, meninggalkan kecintaan atas kehidupan duniawi ini (al-haraam) dan bergerak dari situ menuju maqam terjauh, tingkatan tertinggi dari seluruh ciptaan, sebagaimana ditandai oleh maqam dari masjid terjauh, al-Aqsha.


Tahapan-tahapan Tasawuf

Dalam Ilmu Pensucian Jiwa, Tasawuf, tahapan-tahapan tersebut dinamai dengan Syariah, Tariqat, dan Haqiqat. Tahapan pertama terkait dengan bidang disiplin fisik, dari mana seorang pencari kemudian bergerak dalam "Jalan", Tariqah, dengan kendaraan 'ubudiyyah, penghambaan dan ibadah, dan kemudian naik menuju maqam haqiqat, realitas, di mana seluruh kebatilan dan kepalsuan punah, lenyap, dan Ketuhanan Allah SWT ditampakkan secara nyata pada sang hamba.

Allah SWT membawa Nabi Muhammad SAW ke Masjid al-Aqsha di Palestina, di mana hampir seluruh nabi menyambut beliau. Di sana beliau menjumpai seluruh nabi berkumpul, dan mereka melakukan salat secara berjamaah di belakang beliau. Dari sana Allah SWT mengangkat beliau menuju langit, seakan-akan Dia berfirman, 'Wahai nabi-nabi-Ku! Aku tidak pernah mengangkat seorang pun dari Masjid al-Aqsha seperti aku menaikkan Muhammad SAW.' Ini adalah untuk menunjukkan pada mereka bahwa Mi'raj (naiknya) Nabi Muhammad SAW—tidak seperti siapa pun di antara mereka, beliau tidak dibatasi oleh hukum-hukum alam semesta ini.


Dinaikkan di Malam Hari, Bercahaya Bagaikan Bulan Purnama

Allah SWT kemudian mengangkat beliau dari Masjid al-Aqsha dengan cara Mi'raj, menuju Hadirat Ilahiah-Nya. Mengapakah Allah SWT menggunakan kata-kata, 'laylan--pada suatu malam'? Mengapa Dia tidak berkata, 'naharan--pada suatu siang'? 'Laylan' di sini mengilustrasikan kegelapan dari dunia ini, ia menjadi bercahaya hanya oleh bulan yang berkilau dari Nabi SAW yang terbit untuk menerangi semua kegelapan.

"Subhan al-ladzii asraa bi 'abdihi laylan". "Maha Suci Ia yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam..." Lihatlah pada setiap kata dari ayat suci ini. Pertama-tama Allah SWT memuji Diri-Nya sendiri dalam bentuk orang ketiga, in absentia. Allah SWT kemudian secara ajaib memindahkan Nabi SAW dari Mekah menuju Masjid al-Aqsha (asra'). Kemudian Dia mengacu Nabi SAW sebagai "'abd - hamba", memberi beliau kehormatan melalui gelar tertinggi itu sebagai seseorang yang terkait dengan kehidupan spiritual, bukan kehidupan hewani. Risalah Nabi Muhammad SAW melengkapi dan menyempurnakan baik disiplin fisik dan hukum (syari'ah) dari Musa AS maupun spiritualitas (rawhaniyya) dari 'Isa AS. Syari'ah dari Musa AS berkaitan dengan kehidupan duniawi ini, sedangkan spiritualitas 'Isa AS terkait dengan kehidupan surgawi. Dengan melalui dan melampaui kehidupan duniawi, yang diwakili oleh Isra' (Perjalanan Malam), menuju kehidupan surgawi, yang diwakili oleh Mi'raj, Nabi SAW dibawa di atas kedua sayap ini. Tak seorang pun nabi dibawa dalam kedua dimensi ini kecuali Junjungan kita, Sayyidina Muhammad SAW.


Kendaraan-Kendaraan Nabi SAW

Salah seorang dari ulama-ulama besar bidang Tafsir Quran, al-'Ala'i RA berkata, "Pada Malam Mi'raj Nabi SAW menggunakan lima kendaraan yang berbeda-beda. Yang pertama adalah Buraq, suatu makhluk bersayap yang membawa beliau dari Mekah menuju Masjid al-Aqsha. Yang kedua adalah Kenaikan (Mi'raj) yang dengannya Nabi SAW mencapai langit dunia ini, as-sama' ad-dunya'. Ada dua penjelasan untuk Mi'raj: satu, bahwa Buraq membawa Nabi SAW ke atas, dan yang kedua, bahwa sebuah 'tangga' turun dan menaikkan Nabi SAW dengan amat cepat. Kendaraan ketiga adalah sayap-sayap para Malaikat yang membawa Nabi SAW hingga langit ketujuh. Kendaraan keempat adalah sayap-sayap Jibril AS yang membawa beliau dari langit ketujuh menuju Sidrat al-Muntaha, 'Pohon Lotus Terjauh'. Kendaraan kelima adalah suatu karpet (ar-raf raf) yang membawa beliau hingga maqam 'dua ujung busur panah--qaba qawsayn.' [QS 53:9]." "Serupa dengan itu, Nabi SAW berhenti pada sepuluh maqam yang berbeda: tujuh langit dan yang kedelapan di Sidrat al-Muntaha. Yang kesembilan adalah tempat di mana beliau mendengar suara dari pena-pena Malaikat yang tengah menulis amal perbuatan manusia, dan maqam kesepuluh adalah di 'Arsy (Singgasana). Wallahu A'lam, dan Allah SWT-lah yang lebih tahu."


Aspek Mukjizat dari Isra' dan Mi'raj

Seluruh kejadian-kejadian ajaib ini terjadi di malam Perjalanan Malam dan Kenaikan, Laylat al-Isra' wal-Mi'raj. Banyak hadis-hadis yang menjelaskan detail peristiwa-peristiwa di Perjalanan Malam ini yang telah disahihkan oleh berbagai huffaz (Ahli Hadis) seperti Ibn Shihab RA, Tsabit al-Banani RA, dan Qatada RA. Allah SWT mendukung nabi-nabi-Nya dengan keajaiban-kejaiban (mu'jizat) agar mampu melampaui hukum-hukum fisika dan batasan-batasan realitas kemanusiaan kita. Jika Allah SWT mengaruniakan suatu mukjizat, janganlah kita memandangnya sebagai sesuatu yang tak mungkin, jika kita seperti itu, maka kita hanya akan menjadi seperti ilmuwan yang tak mampu memahami apa pun di luar jangkauan persepsi mereka.

Para ulama berbeda pendapat pada malam apa perjalanan agung ini terjadi. Imam Nawawi RA berkata bahwa Perjalanan ini terjadi di bulan Rajab. Dalam kitab ar-Rawda karangan Nawawi RA, ia menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi sepuluh tahun dan tiga bulan setelah awal Kenabian, sedangkan Fatawa menyatakan bahwa peristiwa Perjalanan Malam ini terjadi lima atau enam tahun setelah permulaan wahyu. Apa pun kasusnya, para ulama sepakat bahwa Laylat al-Isra' wal Mi'raj ini terjadi baik pada badan maupun roh (dari Nabi SAW).


Visi Ibrahim AS dan Dimensi Spiritual

Allah SWT berfirman dalam Qur'an Suci: "Wa kadzaalika nurii Ibraahiima malakuut as-samaawaati wa l-ardhi wa liyakuuna min al-muuqiniin" "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim AS tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim AS itu termasuk orang-orang yang yakin." [QS 6:75]

Allah SWT menunjukkan kerajaan langit dan bumi pada Nabi Ibrahim AS, dengan membuka pandangan spiritual Ibrahim AS (basiirah) agar beliau melihat keindahan dan keajaiban alam semesta dari tempat beliau berpijak di bumi. Allah SWT menunjukkan pada beliau apa yang di luar hukum-hukum alam semesta fisik, melalui mata kalbunya. Sekalipun demikian, segera setelah ayat ini, Allah SWT telah menunjukkan pula pada Ibrahim AS keagungan-keagungan di balik alam semesta fisik, "Falammaa janna 'alaihi l-laylu ra-a kawkaban qaala haadza rabbiy..." "Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah Tuhanku'" [QS 6:76]. Dalam ayat-ayat berikutnya Ibrahim AS, secara serupa, "keliru" pula menganggap bulan dan matahari sebagai tuhannya: "Falammaa ra-a l-qamara baazighan qaala haadzaa rabbiy, falammaa afala qaala la in lam yahdii rabbiy la-akuunanna min al-qawm id-dhaalliin; falammaa ra-a s-syamsa baazighatan qaala haadzaa rabbiy.." "Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: 'Inilah tuhanku.' Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: 'Sesungguhya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat; Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: 'Inilah tuhanku...'" [QS. 6:77-78]. Ayat-ayat ini yang berkaitan dengan bintang-bintang, bulan dan matahari adalah ditujukan pada orang-orang yang tidak beriman. Allah SWT menunjukkan pada Ibrahim AS Kebenaran dan ia telah meraih keyakinan dalam iman (sebagaimana ditunjukkan ayat 6:75, red.).

Sebagai seorang nabi, Ibrahim AS juga bebas dari dosa, dan dus, tak mungkin untuk menganggap selain Allah SWT sebagai Tuhannya. Tetapi, adalah tugas Ibrahim AS untuk menyampaikan suatu Risalah Samawi (Pesan Langit). Untuk berusaha membawa setiap orang berada dalam naungan Rahmah Allah SWT, Ibrahim AS mencoba untuk mengajar ummatnya dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak membuat mereka menolak pesan dakwahnya. Dengan secara bijaksana menggunakan suatu proses eliminasi, ia menunjukkan pada mereka bahwa suatu dimensi spiritual benar-benar wujud/ada. Ibrahim AS menghilangkan bintang (sesuatu yang kecil), kemudian bulan, kemudian matahari (benda langit yang nampak terbesar). Ibrahim AS menegaskan kembali keyakinan sejatinya pada Allah SWT dan pemalingan dirinya dari gangguan-gannguan duniawi dengan mengatakan, "Falamma afalat qaala yaa qawmi innii barii-un mimmaa tusyrikuun. Innii wajjahtu wajhiya li l-ladzii fathar as-samaawaati wa l-ardha haniifan, wa maa ana min al-musyrikiin." "maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan'." [QS 6:78-79] Makna dari penunjukan ini adalah: jangan mengejar hal-hal dari kehidupan duniawi ini, tapi carilah dimensi spiritual yang melampaui semua hukum-hukum alam semesta fisik.

Di zaman kita saat ini, ilmuwan-ilmuwan yang materialistik dan beberapa sekte Islam yang berpikiran sempit mencoba untuk menyangkal spiritualitas, dimensi keempat, yang telah Allah SWT tunjukkan pada Ibrahim AS. Mereka yang menolak dan menyangkal adanya dimensi spiritual dari Islam, maka mereka tengah terjatuh dalam perangkap yang sama seperti yang dialami oleh kaum Ibrahim AS. Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Yang paling kutakutkan bagi umatku adalah syirk tersembunyi (membuat partner bagi Allah SWT).' Syirik tersembunyi adalah bagi seseorang untuk merasa bangga akan dirinya sendiri, yang paling mudah termanifestasikan dalam bentuk penolakan atas kata-kata orang lain.


Perbedaan atau Kehormatan dari Kenaikan (Mi'raj) Nabi Muhammad SAW

Nabi Ibrahim AS telah ditunjukkan padanya kerajaan malakut, dari langit dan bumi. Nabi Musa AS tidak melihat kerajaan ini. Tetapi, Musa AS mampu untuk mendengar Allah SWT dan berbicara langsung pada Allah SWT dari Gunung Sinai, sehingga beliau dikenal sebagai Kalimullah (ia yang berbicara dengan Allah SWT secara langsung). Sekalipun Ibrahim AS dikaruniai kemampuan untuk melihat dalam dimensi-dimensi spiritual, dan Musa AS dikaruniai kemampuan untuk mendengar Allah SWT secara langsung, tubuh dan badan dari kedua nabi besar ini tetap tinggal di bumi, dan dikenai hukum-hukum fisika-nya. Pandangan (visi) Nabi Ibrahim AS dan pendengaran Nabi Musa AS melampaui batasan fisik melalui kekuatan roh mereka, tetapi tubuh mereka tidaklah bergerak melampau dunia fisik ini.

Tetapi, Allah SWT telah membuat Nabi Muhammad SAW bergerak dalam dimensi-dimensi spiritual dengan tubuh fisik beliau dalam kebebasan paripurna dari hukum-hukum fisika. Allah SWT menyebut Nabi SAW "linuriyahu min aayaatinaa..." "agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dati tanda-tanda (kebesaran) Kami..." [QS 17:1]. Allah SWT menunjukkan pada Ibrahim AS kerajaan alam semesta ini, tapi Ia menggerakkan Nabi SAW dalam tubuh dan ruh beliau di luar hukum-hukum fisika alam semesta ini, untuk menunjukkan pada beliau 'tanda-tanda Kami', aayaatina. Bentuk kepemilikan (possesive) yang terkait dengan Tanda-tanda (Aayaat) sebagai milik dari Allah SWT secara langsung, menunjukkan kehormatan yang lebih agung dan pengetahuan yang dianugerahkan pada Nabi SAW. Kerajaan langit dan bumi yang ditunjukkan! pada Nabi Ibrahim AS adalah karya dalam lingkup alam semesta fisik ini, dan tidak menjangkau Surga, sedangkan ayat-ayat Allah SWT yang ditampakkan pada Nabi Muhammad SAW langsung terkait dengan Allah SWT dan tidak terhubung dengan dunia ini.


Visi (Penglihatan) Nabi SAW akan Tuhannya dan Kesempurnaan Tawhiid

"Lalu Allah SWT mewahyukan pada hamba-Nya apa yang ia wahyukan. Hati Nabi SAW tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad SAW telah melihat-Nya lagi pada waktu yang lain, di Sidratil Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal. Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya Yang paling besar." [QS 53:10-18].

Imam Nawawi RA dan almarhum Imam Mutawalli Sya'rawi RA sepakat dengan mayoritas ulama dalam menafsirkan ayat-ayat ini, bahwa maknanya adalah Nabi SAW melihat Tuhannya di waktu lain, bukannya bahwa ia melihat Jibril AS di waktu lain, sebagaimana beberapa menyatakan. Imam Nawawi RA meriwayatkan dalam komentar (syarah) Sahih Muslim-nya, "Sebagian besar ulama berkata bahwa Nabi SAW melihat Tuhannya dengan kedua mata kepalanya-- ra'a rabbahu bi'aynay ra'sihi. Nabi SAW datang melalui suatu perjalanan panjang menuju Singgasana Ilahiah (arsy), mencapai qaaba qawsayni (jarak dua ujung busur panah), dan mencapai Surga Jannat al-Ma'wa di dekat Sidrat ul-Muntaha.

Setelah semua ini, Imam Sya'rawi RA bertanya, "Apakah yang membuat penglihatan Nabi SAW tidak berpaling? Beberapa mengatakan bahwa itu adalah Jibril AS, tapi Nabi SAW telah melihat Jibril AS dalam banyak kesempatan dan Jibril AS menyertai dan bersama beliau selama masa Perjalanan Malam dan Kenaikan (Isra' Mi'raj) itu. Adalah irrelevan untuk mengatakan bahwa pada hal inilah pandangan Nabi SAW tidak berpaling atau tidak lepas, karena jika ini mengacu pada Jibril AS, maka Nabi SAW telah memiliki berbagai kesempatan untuk telah melihatnya. Allah SWT tidaklah mengatakan sesuatu yang irrelevan, dan karena inilah saya berpihak pada mayoritas ulama (termasuk Imam Nawawi RA) dengan mengatakan bahwa dengan mata fisiknyalah Nabi SAW melihat Allah SWT."

"Laqad ra'a min aayaati rabbi hi l-kubraa" "Sungguh dia telah melihat sebagian ayat-ayat Tuhannya yang paling agung." [QS 53:18]. Apakah kemudian yang bisa menjadi Ayat Terbesar bagi Nabi SAW selain dari penglihatan akan Tuhannya? Karena Nabi SAW telah melihat semua tujuh tingkatan dari Surga, kemudian naik ke tingkatan yang lebih jauh dari ciptaan apa pun sebelum maupun sesudahnya, menuju "jarak dua ujung busur panah". Dinyatakan dalam hadits bahwa karunia terbesar bagi orang-orang beriman di kehidupan Akhirat bukanlah kenikmatan-kenikmatan Surga, melainkan melihat Tuhan mereka setiap hari Jumat. Jika orang-orang beriman, baik yang awam maupun yang khawas, akan melihat Tuhan mereka di akhirat nanti, jelas tentu saja, "Ayat Terbesar" bagi Kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW tak mungkin kurang dari itu.

"Wa maa ja'alna r-ru'ya l-latii arainaa-ka illaa fitnatan li n-naasi" "Dan tidaklah Kami karuniakan visi yang Kami perlihatkan padamu (Ya Muhammad SAW) melainkan sebagai ujian bagi manusia."[QS. 17:60]. Berkenaan dengan ayat ini, Ibn 'Abbas RA berkata, "Rasul Allah SAW benar-benar melihat dengan matanya sendiri visi (dari semua yang ditunjukkan pada beliau) pada malam Isra' ke Jerusalem (dan kemudian ke langit)..." Inilah keagungan Nabi Muhammad SAW. Tak seorang pun pernah melihat Tuhannya selain dari Muhammad SAW, yang menjadikannya sebagai satu-satunya monoteis (muwahhid) sejati. Tak seorang pun kecuali Muhammad SAW mencapai suatu pemahaman sempurna akan Keesaan Ilahiah—Tawhid--pemahaman siapa pun selain beliau akan tawhid hanyalah peniruan (taqliid).

Nabi Ibrahim AS adalah Bapak para nabi dan beliau dikaruniai visi spiritual untuk melihat karya-karya dalam alam semesta ini dan Nabi Musa AS dikaruniai kemampuan berbicara langsung dengan Tuhannya. Tetapi, Allah SWT memindahkan Nabi Muhammad SAW dengan tubuh fisiknya, bertentangan dengan hukum-hukum fisika alam semesta, menuju ke Keghaiban, suatu tempat di mana tak ada apa pun dan tak ada kemungkinan akan apa pun--"la khala wa la mala". Allah SWT membawa Muhammad SAW ke sana dan membukakan bagi beliau Diri-Nya Sendiri, dengan cara yang Dia kehendaki. Bagaimana ini terjadi, kita tak mengetahuinya. Ini tak terlihat dan tak diketahui (ghayb). Dus, sebagaimana Ibn 'Abbas RA berkata, ini adalah suatu perkara untuk diimani dengan penerimaan penuh, dan bukan suatu perkara untuk dipertanyakan.


Penjelasan tentang Ayat-ayat tentang Berhala

"Maa zaagha l-basaru wa maa taghaa, laqad ra-a min aayaati rabbihi l-kubraa, afara-aitum ul-laata wa l-'uzza wa manaata ts-tsaalitsat al-ukhraa" "Penglihatannya tidak berpaling dan tidak lepas. Sungguh ia telah melihat Tanda-Tanda Terbesar Tuhannya. Maka apakah kalian melihat Lat dan 'Uzza dan yang ketiga Manat?" [QS 53:17-20]

Mengapakah Allah SWT menyebut ketiga tuhan-tuhan palsu ini; Lat, 'Uzza dan Manat, yang disembah oleh para musyrikin Mekah, segera setelah Dia menyebut "Ayat-ayat Terbesar Tuhannya" dalam ayat 53:18? Para ulama berkata bahwa ayat 53:18 menunjukkan bahwa Muhammad SAW telah mencapai pemahaman sempurna akan Keesaan (Tawhid) Allah SWT, sementara ayat 53:19-20 sebagai kontrasnya, menunjukkan bahwa berhala-berhala ini tak lebih dari buatan para pemahatnya. Jika "Ayat-ayat terbesar" [QS 53:18] mengacu pada Jibril AS, tentu kemudian tidak akan diikuti dengan (ayat) yang menyebut berhala-berhala palsu sesudah ayat itu.

Nabi Ibrahim AS menyebut sebuah bintang, bulan, dan matahari - tiga entitas dari kehidupan duniawi ini--sebagai objek-objek yang secara keliru telah dianggap tuhan selain Allah SWT. Dan dalam surat Bintang (an-Najm), Allah SWT menyebutkan al-Lat, al-'Uzza, dan Manat, sekali lagi tiga tuhan-tuhan palsu, segera setelah mendeskripsikan bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Tuhannya, sebagaimana dijelaskan oleh sebagian besar ulama. Kedua wahyu [dalam surat yang berbeda tentang Ibrahim AS dan Muhammad SAW] ini menolak konsep batil dari penyembahan berhala, dan secara halus pula menekankan ide palsu akan suatu trinitas, yang mencakup sebagian besar dari bentuk-bentuk kemusyrikan. Keesaan adalah bagi Allah SWT Yang Maha Tinggi dan Maha Suci, Yang Satu--al-Wahid, Yang Unik--al-Fard, Yang Abadi--as-Shamad.

Wa min Allah at tawfiq

© Islamic Supreme Council of America,
http://www.islamicsupremecouncil.org